Sabtu, 18 Februari 2012

          Sebuah Kehidupan dengan berbagai tantangan hidup sementara kujalani saat ini. Menjalani kehidupan yang seringkali rasanya tak sanggup lagi kuhadapi dengan kekuatanku sebagai manusia biasa, yang lemah, berdosa, bahkan kumerasa diriku tak punya harga diri lagi, wibawa, dan sangat tersisi dari berbagai hal dan suasana. Setiap saat dan waktu, kubertanya-tanya,,,;

mengapa harus aku,,??
mengapa harus dia,, ??
mengapa harus mereka,, ??
dan mengapa ini semua terjadi ?????

           Saat ini aku sangat membutuhkan sebuah Kasih Sayang Yang tulus,,ikhlas dari seseorang,,
namun pada akhirnya, aku telah menebang sebuah pohon yang telah kutanam, kujaga, dan kulestarikan didalam hati saya.
Karena semuanya tak mungkin berbuah dan menghasilkan lewat sebuah kisah yang terjadi.
Aku takut lagi berkata Cinta,,,Aku takut lagi berkata Sayang,,,Aku malu lagi menghadirkan sebuah makna yang aku sendiri tak tahu akhirnya.

Teman, saudara, keluarga, atau mungkin kekasih atau mereka yang selalu kubanggakan dalam kehidupanku,,,...ternyata itu semua membuat diriku tak lagi merasa nyaman,,
Aku merasa telah mengganggu dan merusak kebahagiaan mereka,,,...
Aku sangat terpuruk dengan keadaanku saat ini,,
Aku memang bukan orang yang pantas 'tuk dipercaya,,
Aku bahkan tak mampu memegang kata-kata yang keluar dari mulutku,,
Yang ada, aku hanyalah memperburuk suasana dan merusak segalanya,,
Tuhan, bantu aku untuk menemukan kembali kehidupanku,,yang telah memasuki jurang kehancuran,,,

Aku memang seorang hamba yang tidak berbakti dan tidak taat kepadaMU,,,
dengan segala kekurangan dan ketidakstabilan iman yang kumiliki,,
Aku malah kehilangan arah dalam menjalani kehidupan sebagai orang yang percaya kepadaMU,,,
Aku memang selalu meminta dan berdoa kepadaMU, agar aku diberikan sebuah berkah dan makna kehidupan yang selama ini kuimpikan dan kudambakan sebagai seseorang yang mendambakan kebahagiaan hidup,,,
            Namun pada kenyataannya, aku hanyalah seorang pengecut dan pendosa,,yang aku tahu itu tindakan yang tidak berkenan kepadaMU,,,

Cinta, Kasih Sayang, dan Ketulusan, aku tak yakin lagi apakah semua itu masih ada padaku,,,..
karena memahami hati seseorang terasa sangat sulit bagiku,,,
Inikah sebuah hukuman yang harus kuterima dalam kehidupanku ???


Senin, 06 Februari 2012

Budaya orang China di Tomohon (Cap go Meh)

 Perayaan Taon Baru China ( Gong Xi Fa Chai ) di Kota Tomohon dimeriahkan dengan

kebudayaan China yang biasanya disebut Cap go Meh.
Mobil yang dihias ala Bangsa China dan Tarian Barongsai pun di pertontonkan dalam perayaan ini sehingga masyarakat Tomohon terkesan suka dengan adanya pawai Cap Go Meh ini.

Dari setiap perayaan yang diadakan disambut dengan senang hati oleh masyarakat Kota Tomohon, karna memang sudah sering diadakan di Kota Bunga ini hampir setiap tahunnya.
Kegiatan ini ( Cap Go Meh ) merupakan Budaya orang China yang di artikan sebagai upacara memperbarui kehidupan lama mereka atau bisa dikatakan membuang segala kesialan-kesialan yang ada di kehidupan mereka. Atau masyarakat setempat biasa menyebutnya "Buang Soe", yang diperankan oleh seorang tokoh. Baik itu dalam usaha, pekerjaan, dagangan atau lain sebagainya.

Tapi dalam pengamatannya, beberapa tahun terakhir ini, kegiatan ini bukan di perankan oleh orang-orang China yang ada di Tomohon, sebaliknya masyarakat Tomohon yang katanya keturunan orang China bisa menjadi tokoh dalam upacara tersebut.

Menurut saya ini unik. Orang Tomohon kan punya kebudayaan sendiri, koq' bisa sih memerankan tokoh dalam Upacara Cap Go Meh seperti ini ?
 Padahal ini butuh waktu untuk mempelajari dan memahami apa saja yang menjadi persyaratan dan persiapan dalam melakukan atau memerankan tokoh Cap Go Meh.
Dalam atraksinya, seorang tokoh Cap Go Meh memotong-motong badannya dengan sebilah pedang yang sangat tajam, menindik pipinya dengan paku, dan mengiris-iris lidahnya dengan sebuah pedang, dalam rangka
menunjukkan betapa perkasanya tokoh tersebut. Dan diyakini dialah yang dapat membuang sial dan mengatasi segala sesuatu yang menjadi penghalang dalam karir, usaha, dan pekerjaan.

Atraksi seperti ini menimbulkan beberapa versi psikologis bagi yang melihatnya. Ada yang mengatakan, ngeri dengan atraksi seperti itu. Ada juga yang suka bahkan senang melihat adegan seperti itu. Ada juga yang takut dengan adanya adegan seperti itu.
Namun pada kenyataannya masyarakat Kota Tomohon sangat antusias untuk menonton dan melihat adegan ini dalam pawai tersebut.
Sungguh sangat menarik.

Tapi, lepas dari semua itu, ada pertanyaan yang kontraversi selalu dibicarakan dan dipertanyakan masyarakat umum. Kenapa orang Tomohon yang memerankan tokoh ini. Bukan orang China atau mereka yang menganut kepercayaan Agama Budha ?. Karna pada dasarnya, proses persiapan dan persyaratan untuk menjadi tokoh dalam upacara ini, harus mengikuti konsep ritual agama Budha. Mengundang para roh-roh (leluhur) untuk memakai tubuh sang tokoh, agar kesaktian yang dimiliki oleh sang leluhur itu bisa di praktekkan melalui tubuh sang tokoh. Dalam hal ini berarti sang tokoh dalam keadaan dirasuki roh atau jiwa leluhur yang sudah meninggal. Cukup ekstrim juga jika dipikir-pikir.
Meskipun demikian dalam perayaan Taon Baru China ( Gong Xi Fa Chai ) ini dan dimeriahkan dengan kegiatan Cap Go Meh seperti ini, jarang sekali terjadi kekacauan yang akan menjadikan suasana di lokasi kegiatan ini menjadi tidak menyenangkan, bahkan menurut sepengetahuan saya, tidak pernah terjadi. Memang jika dipandang dari sisi religi untuk orang Kristen yang ada di Tomohon, ini adalah suatu hal yang sangat bertentangan dengan ajaran orang Kristen, apalagi jika tokoh yang memerankan adegan itu penganut agama Kristen. Namun berbeda dengan pemahaman bagi mereka yang beragama Budha. Ini adalah suatu upacara atau ibadah bagi mereka, untuk memperbarui keadaan kehidupan mereka lewat usaha, karir, pendidikan, dagangan atau pekerjaan. Agar kiranya diberi keberuntungan dan diberkati dalam mereka menjalani dan melakukan segala usaha kerja dan tanggung jawab mereka. Sungguh sangat berbeda, bahkan jauh berbeda.
Tapi dalam konteks pemahaman kita secara Nasionalisme, ini merupakan suatu kesatuan yang nyata bagi masyarakat Kota Tomohon dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang pada akhirnya akan menciptakan suatu kedamaian antara umat beragama yang ada di Kota Tomohon. Berbeda-beda namun tetap satu. Dalam pemahaman dari berbagai macam agama yang diakui di Indonesia memang berbeda beda,   dari segi kepercayaan dan keyakinan yang di ajarkan dan dianut dari masing-masing agama atau organisasi lainnya yang ada di Kota Tomohon juga sangat berbeda-beda. Tapi perbedaan dari satu dengan yang lain ini mempunyai suatu  tujuan, yakni menciptakan Perdamaian dan Persatuan dari suku-suku yang berbeda yang ada di muka bumi. terlebih khusus Perdamaian dan Persatuan yang ada di Kota Tomohon.

Karena dari ajaran dan kepercayaan yang ada di dalam bebagai organisasi dan agama yang ada di Kota Tomohon ini, adalah bertujuan untuk mensejahterakan dan menciptakan kedamaian dan keadilan rakyat dengan berbagai program yang telah disusun dan dijalankan dari masing-masing organisasi dan agama yang ada di Kota Tomohon.
Dengan menciptakan suatu Perdamaian dan Persatuan di tengah-tengah masyarakat yang menginginkan Keadilan dan Kesejahteraan dalam bermasyarakat dan bernegara, itu juga merupakan ibadah kita yang sejati di hadapan Tuhan.**




" SELAMAT TAHUN BARU CHINA"
TAHUN 2012

  GONG XI FA CHAI




Profil Kelurahan

Kelurahan Kayawu,,...>>
Sejarah Desa Kayawu___
Kayawu sejak jaman purba, telah menjadi daerah persengkataan penduduk Woloan-Katinggolan (Tombariri) dan Kakaskasen. Semula wilayah ini menjadi milik orang-orang Tombariri. Namun terjadi perebutan wilayah antara kedua kelompok tersebut. Dan dari perebutan wilayah yang terjadi, akhirnya dimenangkan oleh Kakaskasen. Kemudian sekitar tahun 1850 orang Kakaskasen menjadikannya sebagai kawasan berburu dan kemudian membuka areal persawahan ketika mereka menemukan mata air Liwowo (disebut juga Leow yakni nama jenis kayu yang tumbuh di situ pada waktu itu).
Tak berselang lama kemudian, timbul lagi sengketa dengan penduduk Tombariri dari Woloan.
Kelompok dari Woloan kemudian menuju ke arah Timur di telaga yang memiliki mata air Liwowo yang menjadi sumber air persawahan penduduk asal Kakaskasen.
Di lokasi yang jadi persengketaan, ada satu leput yang sengit diperebutkan. orang Tombariri dari Woloan mengkalim, leput atau bubusan sungai Karinda yang melewati Telaga Liwowo di ujung selatan Pegunungan Irang, terbuat dari kayu Woloan. Tapi, menurut pemukim-pemukim Kakaskasen, leputnya terbuat dari kayu Kayawu. Sejenis kayu berwarna merah yang mereka pasang pada ketika itu.
Pemerintah kini turun tangan mencampuri dengan mengadakan kesepakatan antara kedua belah pihak dan disetujui. Yakni, tempat yang ditumbuhi kayu Woloan kepunyaan orang Woloan, sebaliknya yang ditumbuhi kayu Kayawu milik orang Kayawu. Dari penelitian dan pemeriksaan yang dilakukan ternyata leput tersebut terbuat dari kayu Kayawu. Segera dinyatakan wilayah itu milik orang Kakaskasen dan diperintahkannya penanaman tawaang di gunung Kasehe melewati Pegunungan Irang melewati leput Kayawu di Liwowo menuju ke sungai Ranowangko sebagai batas dengan Tombariri.
Sejak itulah perkampungan di daerah antara lembah Sungai Karinda dan Sungai Lelean dinamakan Kayawu.
Selang beberapa tahun berjalan Kayawu menjadi negeri mandiri dari Kakaskasen.
Dan akhirnya pada Tahun 1891 Kayawu dipindahkan dari Tambersiow ke lokasi yang sekarang. Dibekas pemukiman Liwowo kini masih berada sejumlah Waruga.
Meskipun penduduk pada waktu itu telah menganut agama Kristen, tapi pemindahan negeri dilakukan dengan menggunakan adat tradisi. Para pemimpin dan masyarakat mengadakan acara Linigauan atau Lalagesan, bertanya kepada Empung dan mendapat pertanda baik di Watu Sumanti, dekat dengan Lezar, sehingga Kayawu baru mulai ditempati.

Tempat-tempat Penting :